A. Asas Kekekalan Energi
Telah disebutkan bahwa jumlah energi
yang dimiliki sistem dinyatakan sebagai energi dalam (U). Hukum I termodinamika
menyatakan hubungan antara energi sistem dengan lingkungannya jika terjadi
peristiwa. Energi dalam sistem akan berubah jika sistem menyerap atau
membebaskan kalor. Jika sistem menyerap energi kalor, berarti lingkungan kehilangan
kalor, energi dalamnya bertambah (ΔU > 0), dan sebaliknya, jika
lingkungan menyerap kalor atau sistem membebasakan kalor maka energi dalam
sistem akan berkurang (ΔU < 0), dengan kata lain sistem
kehilangan kalor dengan jumlah yang sama.
Energi dalam juga akan berubah jika
sistem melakukan atau menerima kerja. Walaupun sistem tidak menyerap atau
membebaskan kalor, energi dalam sistem akan berkurang jika sistem melakukan
kerja, sebaliknya akan bertambah jika sistem menerima kerja.
Sebuah pompa bila dipanaskan akan
menyebabkan suhu gas dalam pompa naik dan volumenya bertambah. Berarti energi
dalam gas bertambah dan sistem melakukan kerja. Dengan kata lain, kalor (q)
yang diberikan kepada sistem sebagian disimpan sebagai energi dalam (ΔU)
dan sebagian lagi diubah menjadi kerja (w).
Secara matematis hubungan antara
energi dalam, kalor dan kerja dalam hukum I termodinamika dapat dinyatakan
sebagai berikut:
ΔU = q + W (6)
Persamaan (6) menyatakan bahwa
perubahan energi dalam (ΔU) sama dengan jumlah kalor yang diserap (q)
ditambah dengan jumlah kerja yang diterima sistem (w). Rumusan hukum I
termodinamika dapat dinyatakan dengan ungkapan atau kata-kata sebagai berikut.
” Energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain,
atau energi alam semesta adalah konstan.” Karena itu hukum ini disebut juga
hukum kekekalan energi .
Berdasarkan hukum I termodinamika,
kalor yang menyertai suatu reaksi hanyalah merupakan perubahan bentuk energi.
Energi listrik dapat diubah menjadi bentuk energi kalor. Energi kimia dapat
diubah menjadi energi listrik dan energi listrik dapat diubah menjadi energi
kimia. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menggunakan rumus diatas, perlu
ditetapkan suatu perjanjian. Maka perjanjian itu adalah:
1. Yang diutamakan
dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan
2. Kalor (q) yang masuk
sistem bertanda positif (+), sedangkan yang keluar bertanda negatif (-)
3. Kerja (w) yang
dilakukan sistem (ekspansi) bertanda negatif (-) , dan yang dilakukan
lingkungan (kompresi) bertanda positif.
Gambar
8 Ekspansi gas pada tekanan eksternal
konstan.
Tanda untuk q dan w dapat dilihat
pada Gambar 9 berikut
Gambar
9. Tanda untuk q dan w
4. Yang diutamakan
dalam ilmu kimia adalah sistem, bukan lingkungan.
5. Kerja dihitung
dengan rumus:
W=-P(V1-V2) (7)
Dimana w = kerja (pada tekanan
1 atm), V1 = volume awal, dan V2 = volume akhir, dan P = tekanan yang melawan
gerakan piston pompa (atm), P untuk ekspansi adalah P ex dan untuk kompresi
adalah P in . Penerapan hukum termodinamika pertama dalam bidang kimia merupakan
bahan kajian dari termokimia.
Contoh:
Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000 kJ dan melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem ini?
Suatu sistem menyerap kalor sebanyak 1000 kJ dan melakukan kerja sebanyak 5 kJ. Berapakah perubahan energi dalam sistem ini?
Jawab:
Karena sistem menyerap kalor, maka q bertanda positif, tetapi karena
sistem m elakukan kerja, maka w bertanda negatif.
Karena sistem menyerap kalor, maka q bertanda positif, tetapi karena
sistem m elakukan kerja, maka w bertanda negatif.
ΔU=
q + w
=100 kJ – 5 kJ
= 95 kJ
Pengertian Reaksi Eksoterm dan Endoterm
Perubahan entalpi (ΔH) positif
menunjukkan bahwa dalam perubahan terdapat penyerapan kalor atau pelepasan
kalor.
Reaksi kimia yang melepaskan atau
mengeluarkan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi
kimia yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm. Aliran kalor
pada kedua jenis reaksi diatas dapat dilihat pada gambar 11 berikut:
Gambar
11 Aliran kalor pada reaksi eksoterm
dan endoterm
Pada reaksi endoterm, sistem
menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah. Artinya
entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya,
perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi
endoterm dapat dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0 (13 )
Sebaliknya, pada reaksi eksoterm ,
sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang, artinya
entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu ,
perubahan entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai
berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0 ( 14 )
Perubahan entalpi pada reaksi
eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan diagram tingkat energi. Seperti
pada gambar 12. berikut
Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang
mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia. Nilai
ΔH yang dituliskan pada persamaan termokimia disesuaikan dengan stokiometri
reaksi. Artinya jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien
reaksinya.
Oleh karena entalpi reaksi juga
bergantung pada wujud zat harus dinyatakan, yaitu dengan membubuhkan indeks s
untuk zat padat , l untuk zat cair, dan g untuk zat gas. Perhatikan contoh
berikut . Contoh:
Pada pembentukan 1a mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286
kJ. Kata “dibebaskan” menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena
itu ?H = -286 kJ Untuk setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya
adalah:
H2 (g) + 1/2 O2 (g) ——> H2O
(l)
ΔH = -286 kJ
Atau
2 H2 (g) + O2 (g) ——> 2 H2O
(l)
ΔH = -572 kJ
(karena koefisien reaksi dikali dua,
maka harga ΔH juga harus dikali dua).
Pembakaran Sempurna dan Tidak Sempurna
Pembakaran bahan bakar dalam mesin
kendaraan atau dalam industri tidak terbakar sempurna. Pembakaran sempurna
senyawa hidrokarbon (bahan bakar fosil) membentuk karbon dioksida dan uap air.
Sedangkan pembakaran tak sempurna membentuk karbon monoksida dan uap air.
Misalnya:
a. Pembakaran sempurna isooktana:
C8H18 (l) +12 ½ O2 (g) –> 8 CO2
(g) + 9 H2O (g) ΔH = -5460 kJ
b. Pembakaran tak sempurna
isooktana:
C8H18 (l) + 8 ½ O2 (g) -> 8 CO
(g) + 9 H2O (g) ΔH = -2924,4 kJ
Dampak Pembakaran tak Sempurna
Sebagaimana terlihat pada contoh di
atas, pembakaran tak sempurna menghasilkan lebih sedikit kalor. Jadi,
pembakaran tak sempurna mengurangi efisiensi bahan bakar. kerugian lain dari
pembakaran tak sempurna adalah dihasilkannya gas karbon monoksida (CO), yang
bersifat racun. Oleh karena itu, pembakaran tak sempurna akan mencemari udara.
Kalor Pembakaran
Reaksi kimia yang umum digunakan
untuk menghasilkan energi adalah pembakaran, yaitu suatu reaksi cepat antara
bahan bakar denga oksigen yang disertai terjadinya api. Bahan bakar utama
dewasa ini adalah bahan bakar fosil, yaitu gas alam, minyak bumi, dan batu
bara. Bahan bakar fosil itu berasal dari pelapukan sisa organisme, baik tumbuhan
atau hewan. Pembentukan bahan bakar fosil ini memerlukan waktu ribuan sampai
jutaan tahun.
Bahan bakar fosil terutama terdiri
atas senyawa hidrokarbon, yaitu senyawa yang hanya terdiri atas karbon dan
hidrogen. Gas alam terdiri atas alkana suku rendah terutama metana dan sedikit
etana, propana, dan butana. Seluruh senyawa itu merupakan gas yang tidak
berbau. Oleh karena itu, kedalam gas alam ditambahkan suatu zat yang berbau
tidak sedap, yaitu merkaptan, sehingga dapat diketahui jika ada kebocoran. Gas
alam dari beberapa sumber mengandung H2S, suatu kontaminan yang harus
disingkirkan sebelum gas digunakan sebagai bahan bakar karena dapat mencemari
udara. Beberapa sumur gas juga mengandung helium.
Minyak bumi adalah cairan yang
mengandung ratusan macam senyawa, terutama alkana, dari metana hingga yang
memiliki atom karbon mencapai lima puluhan. Dari minyak bumi diperoleh bahan
bakar LPG (Liquified Petroleum gas), bensin, minyak tanah, kerosin, solar dan
lain-lain. Pemisahan komponen minyak bumi itu dillakukan dengan destilasi
bertingkat. Adapun batu bara adalah bahan bakar padat, yang terutama, terdiri
atas hidrokarbon suku tinggi. Batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa
dari oksigen, nitrogen, dan belerang.
Bahan bakar fosil, terutama minyak bumi,
telah digunakan dengan laju yang jauh lebih cepat dari pada proses
pembentukannya. Oleh karena itu, dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan
segera habis. Untuk menghemat penggunaan minyak bumi dan untuk mempersiapkan
bahan bakar pengganti, telah dikembangkan berbagai bahan bakar lain, misalnya
gas sintesis (sin-gas) dan hidrogen. Gas sintetis diperoleh dari gasifikasi
batubara. Batu bara merupakan bahan bakar fosil yang paling melimpah, yaitu
sekitar 90 % dari cadangan bahan bakar fosil. Akan tetapi penggunaan bahan
bakar batubara menimbulkan berbagai masalah, misalnya dapat menimbulkan polusi
udara yang lebih hebat daripada bahan bakar apapun. Karena bentuknya yang padat
terdapat keterbatasan penggunaannya. Oleh karena itu, para ahli berupaya mengubahnya
menjadi gas sehingga pernggunaannya lebih luwes dan lebih bersih.
Gasifikasi batubara dilakukan dengan
mereaksikan batubara panas dengan uap air panas. Hasil proses itu berupa
campuran gas CO,H2 dan CH4.
Sedangkan bahan sintetis lain yang
juga banyak dipertimbangkan adalah hidrogen. Hidrogen cair bersama-sama dengan
oksigen cair telah digunakan pada pesawat ulang-alik sebagai bahan bakar roket
pendorongnya. Pembakaran hidrogen sama sekali tidak memberi dampak negatif pada
lingkungan karena hasil pembakarannya adalah air. Hidrogen dibuat dari air
melalui reaksi endoterm berikut:
H2O (l) —> 2 H2 (g)
+ O2 (g) ΔH = 572 kJ
Apabila energi yang digunakan untuk
menguraikan air tersebut berasal dari bahan bakar fosil, maka hidrogen bukanlah
bahan bakar yang konversial. Tetapi saat ini sedang dikembangkan penggunaan
energi nuklir atau energi surya. Jika proyek itu berhasil, maka dunia tidak
perlu khawatir akan kekurangan energi. Matahari sesungguhnya adalah
sumber energi terbesar di bumi, tetapi tekonologi penggunaan energi surya
belumlah komersial. Salah satu kemungkinan penggunaan energi surya adalah
menggunakan tanaman yang dapat tumbuh cepat. Energinya kemudian diperoleh
dengan membakar tumbuhan itu. Dewasa ini, penggunaan energi surya yang cukup
komersial adalah untuk pemanas air rumah tangga (solar water heater).
Nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar diberikan pada tabel 4
berikut.
Tabel
4. Komposisi dan nilai kalor dari berbagai jenis bahan bakar
Entalpi Pembakaran
Reaksi suatu zat dengan oksigen
disebut reaksi pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah unsur karbon,
hidrogen, belerang, dan berbagai senyawa dari unsur tersebut. Pembakaran
dikatakan sempurna apabila karbon (c) terbakar menjadi CO2, hidrogen (H)
terbakar menjadi H2O, belerang (S) terbakar menjadi SO2.
Perubahan entalpi pada pembakaran
sempurna 1 mol suatu zat yang diukur pada 298 K, 1 atm disebut entalpi
pembakaran standar (standard enthalpy of combustion), yang dinyatakan
dengan ΔHc0 . Entalpi pembakaran juga dinyatakan dalam
kJ mol -1 .
Harga entalpi pembakaran dari
berbagai zat pada 298 K, 1 atm diberikan pada tabel 3 berikut.
Pembakaran bensin adalah suatu
proses eksoterm. Apabila bensin dianggap terdiri atas isooktana, C8H18 (salah
satu komponen bensin) tentukanlah jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran
1 liter bensin. Diketahui entalpi pembakaran isooktana = -5460 kJ mol-1 dan
massa jenis isooktan = 0,7 kg L -1 (H = 1; C =12).
Jawab:
Entalpi pembakaran isooktana yaitu – 5460 kJ mol-1 . Massa 1 liter bensin = 1 liter x 0,7 kg L-1 = 0,7 kg = 700 gram . Mol isooktana = 700 gram/114 gram mol-1 = 6,14 mol. Jadi kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin adalah: 6,14 mol x 5460 kJ mol -1 = 33524,4 kJ.
Entalpi pembakaran isooktana yaitu – 5460 kJ mol-1 . Massa 1 liter bensin = 1 liter x 0,7 kg L-1 = 0,7 kg = 700 gram . Mol isooktana = 700 gram/114 gram mol-1 = 6,14 mol. Jadi kalor yang dibebaskan pada pembakaran 1 liter bensin adalah: 6,14 mol x 5460 kJ mol -1 = 33524,4 kJ.
Entalpi
Penguraian
Reaksi penguraian adalah kebalikan
dari reaksi pembentukan. Oleh karena itu, sesuai dengan azas kekekalan energi,
nilai entalpi penguraian sama dengan entalpi pembentukannya, tetapi tandanya
berlawanan.
Contoh:
Diketahui ΔHf 0
H2O (l) = -286 kJ mol -1, maka entalpi penguraian H2O (l) menjadi gas
hidrogen dan gas oksigen adalah + 286 kJ mol-1
H2O (l) ——> H2 (g) + ½ O2 (g) ΔH
= + 286 kJ
Entalpi Pembentukan, Penguraian dan Pembakaran
Harga perubahan entalpi reaksi dapat
dipengaruhi oleh kondisi yakni suhu dan tekanan saat pengukuran. Oleh karena
itu, perlu kondisi suhu dan tekanan perlu dicantumkan untuk setiap data
termokimia.
Data termokimia pada umumnya
ditetapkan pada suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm yang selanjutnya
disebut kondisi standar. Perubahan entalpi yang diukur pada suhu 25 0
C dan tekanan 1 atm disebut perubahan entalpi standar dan dinyatakan dengan
lambang Δ H0 atau ΔH298. Sedangkan perubahan entalpi
yang pengukurannya tidak merujuk kondisi pengukurannya dinyatakan dengan
lambang ΔH saja.
Entalpi molar adalah perubahan
entalpi reaksi yang dikaitkan dengan kuantitas zat yang terlibat dalam reaksi.
Dalam termokimia dikenal berbagai macam entalpi molar, seperti entalpi pembentukan,
entalpi penguraian, dan entalpi pembakaran.
Entalpi Pembentukan
Perubahan entalpi pada pembentukan 1
mol zat langsung dari unsur-unsurnya disebut entalpi molar pembentukan
atau entalpi pembentukan. Jika pengukuran dilakukan pada keadaan
standar (298 k, 1 atm) dan semua unsur-unsurnya dalam bentuk standar, maka
perubahan entalpinya disebut entalpi pembentukan standar (ΔHf 0).
Entalpi pembentukan dinyatakan dalam kJ per mol (kJ mol -1).
Supaya terdapat keseragaman, maka
harus ditetapkan keadaan standar, yaitu suhu 25 0 C dan
tekanan 1 atm. Dengan demikian perhitungan termokimia didasarkan pada keadaan
standar.
Pada umumnya dalam persamaan
termokimia dinyatakan:
AB + CD ———-> AC + BD Δ H0
= x kJ/mol
Δ H0 adalah lambang dari
perubahan entalpi pada keadaan itu. Yang dimaksud dengan bentuk standar dari
suatu unsur adalah bentuk yang paling stabil dari unsur itu pada kondisi
standar (298 K, 1 atm).
Untuk unsur yang mempunyai bentuk
alotropi, bentuk standarnya ditetapkan berdasarkan pengertian tersebut.
Misalnya, karbon yang dapat berbentuk intan dan grafit, bentuk standarnya
adalah grafit, karena grafit adalah bentuk karbon yang paling stabil pada 298
K, 1 atm. Dua hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan entalpi pembentukan
yaitu bahwa zat yang dibentuk adalah 1 mol dan dibentuk dari unsurnya dalam
bentuk standar.
Contoh: Entalpi pembentukan etanol
(C2H5OH) (l) adalah -277,7 kJ per mol. Hal ini berarti: Pada pembentukan
1 mol (46 gram) etanol dari unsur-unsurnya dalam bentuk standar, yaitu karbon
(grafit), gas hidrogen dan gas oksigen, yang diukur pada 298 K, 1 atm
dibebaskan 277,7 kJ dengan persamaan termokimianya adalah:
2 C (s, grafit) + 3H2 (g) + ½ O2 (g) –> C2 H5 OH (l) ΔH = -277,7kJ
2 C (s, grafit) + 3H2 (g) + ½ O2 (g) –> C2 H5 OH (l) ΔH = -277,7kJ
Nilai entalpi pembentukan dari
berbagai zat serta persamaan termokimia reaksi pembentukannya diberikan pada
tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai entalpi pembentukan berbagai zat & Persamaan
termokimia reaksi pembentukannya
Perubahan Entalpi Berdasarkan Energi Ikatan
Energi ikatan didefinisikan sebagai
energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul dalam
wujud gas. Energi ikatan dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ mol -1 )
Energi berbagai ikatan diberikan
pada tabel 1.
Tabel
1. Harga Energi ikatan berbagai molekul (kJ/mol)
Perubahan
Entalpi Berdasarkan Entalpi Pembentukan
Kalor suatu reaksi dapat juga
ditentukan dari data entalpi pembentukan zat pereaksi dan produknya. Dalam hal
ini, zat pereaksi dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya,
kemudian unsur-unsur itu bereaksi membentuk zat produk. Secara umum untuk
reaksi:
m AB + n CD —–> p AD + q CB
ΔH0 = jumlah ΔH0 f
(produk) - jumlah ΔH0 f (pereaksi)
Perubahan Entalpi Berdasarkan Hukum
Hess
Banyak reaksi yang dapat berlangsung
secara bertahap. Misalnya pembakaran karbon atau grafit. Jika karbon dibakar
dengan oksigen berlebihan terbentuk karbon dioksida menurut persamaan reaksi:
C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g)
Δ H
= – 394 kJ
Reaksi diatas dapat
berlangsung melalui dua tahap. Mula-mula karbon dibakar dengan oksigen yang
terbatas sehingga membentuk karbon monoksida. Selanjutnya, karbon monoksida itu
dibakar lagi untuk membentuk karbon dioksida. Persamaan termokimia untuk kedua
reaksi tersebut adalah:
C(s) + ½ O2 (g) —–>
CO (g) ΔH = – 111 kJ
CO (g) + ½ O2 (g) —–>
CO2 (g) Δ H = – 283 kJ
Jika kedua tahap diatas dijumlahkan,
maka diperoleh:
C(s) + ½ O2 (g) —–>
CO (g) ΔH = – 111 kJ
CO (g) + ½ O2 (g) —–>
CO2 (g) ΔH = – 283 kJ
————————————————————————- +
C(s) + O2 (g) —–> CO2 (g)
ΔH = – 394
kJ
0 komentar:
Posting Komentar